Sesungguhnya setiap manusia telah ditetapkan rizkinya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن أحَدَكُمْ
يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ
يَكُوْنُ فِيْ ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ فِيْ ذَلِكَ مُضْغَةً
مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ وَيُؤْمَرُ
بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ
سَعِيْدٌ
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam
perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) kemudian berbentuk
segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal daging dalam waktu
yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh
padanya dan diperintahkan dengan empat kalimat/perkara: ditentukan rizkinya,
ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya.” (HR. Al-Bukhariy no.3208 dan
Muslim no.2643 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Dan sesungguhnya apa saja yang menimpa manusia telah juga digariskan. Allah
Ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ
وَلاَ فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ
ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ(22) لِكَيْ لاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ
تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ(23)
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ
فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ(24)
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap
apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan
menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah
Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
(Al-Hadiid:22-24)
Maka hendaknya sudah menjadi sikap seorang yang mu’min agar senantiasa
merenungi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini :
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ
كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ
سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ
خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua
perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun kecuali
oleh orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/kesenangan, dia bersyukur maka
jadilah ini sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa musibah
(sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini juga menjadi kebaikan
baginya.” (HR. Muslim no.2999 dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu)
Tidaklah kesulitan dalam mencari rizki yang halal dan perasaan / anggapan
bahwa rizkinya lambat itu menjadikan seorang mu’min untuk mengambil pekerjaan
yang mendatangkan murka Allh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
لَيْسَ مِنْ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى
الْجَنَّةِ إِلاَّ قَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ وَلَا عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى النَّارِ
إِلاَّ قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ لاَ يَسْتَبْطِئَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ رِزْقُهُ
أَنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ أَلْقَى فِيْ رَوْعِيْ أَنَّ أَحَدًا
مِنْكُمْ لَنْ يَخْرُجَ مِنَ الدُّنْيَا حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقُهُ فَاتَّقُوا
اللهَ أَيُّهَا النَّاسُ وَاَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ فَإِنْ اسْتَبْطَأَ أَحَدٌ
مِنْكُمْ رِزْقُهُ فَلاَ يَطْلُبْهُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُنَالُ
فَضْلُهُ بِمَعْصِيَةٍ
“Tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke surga kecuali aku telah
perintahkan kalian dengannya dan tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke
neraka kecuali aku telah larang kalian darinya. Sungguh salah seorang di antara
kalian tidak akan lambat rizkinya. Sesungguhnya Jibril telah menyampaikan pada
hatiku bahwa salah seorang dari kalian tidak akan keluar dari dunia (meninggal
dunia) sampai disempurnakan rizkinya. Maka bertakwalah kepada Allah wahai
manusia dan perbaguslah dalam mencari rizki. Maka apabila salah seorang di
antara kalian merasa/menganggap bahwa rizkinya lambat maka janganlah mencarinya
dengan bermaksiat kepada Allah karena sesungguhnya keutamaan/karunia Allah
tidak akan didapat dengan maksiat.” (Shahih, HR. Al-Hakim no.2136 dari Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Zaman sekarang sudah banyak orang yang berprinsip H3 ( Halal , Haram, Hantam
). Dan hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam hadits berikut :
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ؛ أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ؟!
Akan datang kepada manusia suatu zaman (ketika itu) seorang tidak lagi perduli dengan apa yang dia dapatkan, apakah dari yang halal atau haram?! HR. al-Bukhâri 2059
Banyak orang yang hancur karena kekayaan. Itu dikarenakan
kekayaan / harta adalah fitnah ummatnya Nabi Muhammad.. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
Sesungguhnya setiap umat mendapatkan fitnah dan fitnah umat
ini adalah harta. HR at-Timidzi dalam sunannya kitab Az-Zuhd.
Cinta manusia terhadap kekayaan sangatlah tinggi. Berikut gambarannya :
لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ ؛ لاَبْتَغَى ثَالِثاً , وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ , وَيَتُوْبُ الله ُعَلَى مَنْ تَابَ
Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta; pasti ia
menginginkan yang ketiga, sedangkan perut anak Adam tidaklah dipenuhi kecuali
dengan tanah, dan Allah memberi taubat-Nya kepada yang bertaubat. HR al-Bukhâri
no.6436, Muslim no.1049.
Dikarenakan secara tabiat, manusia seperti diatas, maka
hendaknya seorang mu’min menjaga diri dengan cara cara yang telah dianjurkan
dalam islam.sebagai berikut :
اسْتَحْيُوْا مِنَ اللهِ حَقَّ الْحَيَاءِ ، قُلْنَا :
يَا رَسُوْلَ اللهِ ، إِنَّا نَسْتَحْيِيْ وَالْحَمْدُ ِللهِ ، قَالَ : لَيْسَ ذَاكَ ،
وَلكِنَّ الاِسْتِحْيَاءَ
مِنَ اللهِ حَقَّ الْحَيَاءِ : أَنْ تَحْفَظَ الرَّاْسَ
وَمَا وَعَى ، وَالْبَطْنَ وَمَا حَوَى ، وَلْتَذْكُرِ
الْمَوْتَ وَالْبِلَى
، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا ، فَمَنْ فَعَلَ ذلِكَ ، فَقَدِ اسْتَحْيَا مِنَ
اللهِ حَقَّ الْحَيَاءِ
Malulah kepada Allah Azza wa Jalla dengan benar. Kami pun menyahut: “Wahai Rasulullah, alhamdulillâh kami memiliki rasa malu. Beliau menjawab: “Bukan itu, tapi rasa malu kepada Allah Azza wa Jalla yang benar adalah dengan menjaga kepala dan isinya (pikiran), perut dan sekitarnya serta ingat kematian dan kehancuran. Siapa yang menginginkan akhirat , niscaya meninggalkan perhiasan dunia. Siapa yang berbuat demikian, maka telah malu kepada Allah Azza wa Jalla dengan benar. HR Ahmad 1/ 387 dan at-Tirmidzi 4/567 dan dishahîhkan al-Albâni dalam Al-Misykah no. 1608
Virus yang sangat membahayakan bagi agama seseorang adalah
ketamakan dan kerakusan terhadap kekayaan. Berikut gambarannya :
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ ، أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ ، بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ ، وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
Tidaklah dua ekor srigala yang lapar dilepas pada seekor kambing lebih merusak baginya dari ketamakan seorang terhadap harta dan kehormatan terhadap agamanya. HR Ahmad 3/456 dan at-Tirmidi no. 2376
Jika seseorang sampai memakan dari usaha yang haram, maka
daging yang tumbuh pada orang tersebut akan menjadi bahan bakar api neraka
kelak( dalam Al-Qur’an tersebut bahwa bahan bakar api neraka adalah dari
manusia dan batu ). Dalam hadits diterangkan sebagai berikut :
إِنَّهُ لاَ يَرْبُوْ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتْ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
Sesungguhnya tidak berkembang daging yang tumbuh dari makanan yang haram kecuali Neraka yang lebih pantas baginya. (Bagian dari hadits yang dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dalam sunannya kitab Al Sholat bab Fadhlu Sholat no. 614 dari Ka’ab bin ‘Ujrah pada sebahagian dari hadits panjang,. Abu ‘Isa at-Tirmidzi berkata, ”Hadits ini hasan Gharîb. Dan dishahîhkan oleh Ahmad Muhammad Syâkir dalam komentar beliau terhadap sunan at- Tirmidzi 2/515 dan al-Albâni dalam Shahîh Sunan at-Tirmidzi no. 501)
Semua usaha yang haram , meskipun sekecil apapun bentuknya,
maka dia akan dimintai pertanggung jawabannya. Dan usahanya akan mengakibatkan
murka Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنِ اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِينِهِ
فَقَدْ أَوْجَبَ اللَّهُ لَهُ النَّارَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ . فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ وَإِنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيرًا
يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَإِنْ قَضِيبًا مِنْ أَرَاكٍ
Siapa yang mengambil hak seorang Muslim dengan sumpahnya,
maka Allah Azza wa Jalla masukkan ke dalam neraka dan mengharamkannya surga.
Seorang bertanya kepada beliau: “Walaupun hanya sesuatu yang remeh wahai
Rasulullah? Beliau menjawab: “Walaupun hanya sepotong kayu siwak”. HR Muslim no
370
إِنَّ رِجَالاً يَتَخَوَّضُوْنَ فِي مَالِ اللَّهِ بِغَيْرِ حَقٍّ فَلَهُمْ النَّارُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Sesungguhnya banyak orang beraktifitas pada harta Allah
dengan tidak benar maka mereka berhak mendapatkan neraka di hari kiamat . HR
al-Bukhâri no 2886.
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِالْحَرَامِ
Tidak akan masuk surga tubuh yang diberi makan dengan yang
haram. HR al-Baihaqi dalan Syu’abil Iman dan dishahîhkan al-Albâni dalam
Silsilah Ahadits ash-Shahîhah no. 2609.
Doa adalah senjata seorang mu’min. Setiap orang yang hidup
di muka bumi ini tidaklah lepas dari kebutuhannya kepada Allah. Maka hendaknya
seorang mu’min untuk selalu berusaha dengan usaha yang halal. Usaha yang tidak
halal itu hanya menghantarkan kepada jauhnya pelaku dari Allah, hingga
menjadikan doa – doa yang dipanjatkannya kepada Allah hanyalah sebuah doa saja
yang tidak didengar dan dikabulkan oleh Allah. Dijelaskan dalam hadits :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيْمٌ وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali yang
baik, dan Allah memerintahkan kepada orang-orang Mukmin dengan apa yang
diperintahkannya kepada para rasul dalam firman-Nya,”Hai rasul-rasul, makanlah
dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (al-Mukminûn/23:51). Dan Ia berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu”, (al-Baqarah/2:172). Kemudian beliau menyebutkan seorang
laki-laki yang kusut lagi berdebu, ia mengulurkan kedua tangannya ke arah
langit sambil berdo’a: Ya Rabb, Ya Rabb, sedang makanannya haram, minumannya
haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram. Maka bagaimana
mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?!”HR Muslim dalam Az-Zakâh no.1015 dan at-Tirmidzi dalam Tafsîrul Qur`ân no.2989..
Seseorang yang ingin doanya didengar dan dikabulkan, maka hendaknya berusaha dengan usaha yang halal. Wahb bin Munabbih berkata : ‘Siapa yang ingin dikabulkan do’anya oleh Allah Azza wa Jalla , hendaklah memperbagus makanannya’. Ketika Sa’d bin Abi Waqqâsh Radhiyallahu anhu berkata ( ketika ditanya tentang sebab dikabulkan do’a ) : “Aku tidak mengangkat sesuap makanan pun ke mulutku kecuali aku mengetahui dari mana datangnya dan dari mana ia keluar”. Fiqh al- Ad’iyah Wal Adzkâr, (bagian kedua), Prof.DR. `Abdurrazâq bin `Abdilmuhsin al ‘Abbâd, cetakan pertama tahun 1422H, Dâr Ibnu Affân dan Dâr Ibnul Qayyim, KSA, hal 34.
Seseorang yang ingin doanya didengar dan dikabulkan, maka hendaknya berusaha dengan usaha yang halal. Wahb bin Munabbih berkata : ‘Siapa yang ingin dikabulkan do’anya oleh Allah Azza wa Jalla , hendaklah memperbagus makanannya’. Ketika Sa’d bin Abi Waqqâsh Radhiyallahu anhu berkata ( ketika ditanya tentang sebab dikabulkan do’a ) : “Aku tidak mengangkat sesuap makanan pun ke mulutku kecuali aku mengetahui dari mana datangnya dan dari mana ia keluar”. Fiqh al- Ad’iyah Wal Adzkâr, (bagian kedua), Prof.DR. `Abdurrazâq bin `Abdilmuhsin al ‘Abbâd, cetakan pertama tahun 1422H, Dâr Ibnu Affân dan Dâr Ibnul Qayyim, KSA, hal 34.
Persaingan dalam usaha adalah sesuatu yang sulit dihindarkan
dalam kehidupan. Dan sikap seorang mu’min adalah hendaknya meyakini bahwa rizki
seseorang tidaklah dapat direbut dan diambil oleh orang lain, karena pembagian
jatah dan rizki telah Allah tetapkan seperti pada keterangan diatas.
Semoga uraian diatas dapat mendorong kita semua agar
senantiasa berusaha dan bekerja dengan jenis usaha dan pekerjaan yang halal.
Dan sungguh siapa yang menjaga Allah ( petunjuk Allah ), maka Allahpun akan
menjaga kita.
عن أبي العباس عبدالله بن عباس رضي الله
عنهما قال: كنت خلف النبي صلى
الله عليه وسلم يوماً، فقال لي: “يا غلام، إنّي أعلمك كلماتٍ: احفظ الله يحفظك، احفظ الله تجده تجاهك، إذا سألت فاسأل اللهَ، وإذا استعنت فاستعن بالله، واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه
الله لك، وإن
اجتمعوا على أن يضرّوك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك، رفعت الأقلام وجفت
الصحف”، رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح. وفي رواية غير
الترمذي: “احفظ الله تجده أمامك، تعرّف إلى الله في
الرخاء يعرفك في الشدة، واعلم أن ما أخطأك
لم يكن ليصيبَك، وما أصابك لم يكن ليخطئَك، واعلم أن النصر مع الصبر، وأن
الفَرَج مع الكرب، وأنّ مع العسر يسراً”.
Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dia
berkata: “Suatu hari (ketika) saya (dibonceng Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam) di belakang (hewan tunggangan) Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda kepadaku: “Wahai anak kecil,
sungguh aku akan mengajarkan beberapa kalimat (nasehat penting) kepadamu, (maka
dengarkanlah baik-baik!): “Jagalah (batasan-batasan syariat) Allah, maka Allah
akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan syariat) Allah, maka kamu akan
mendapati Allah di hadapanmu (selalu bersamamu dan menolongmu), jika kamu
(ingin) meminta (sesuatu), maka mintalah (hanya) kepada Allah, dan jika kamu
(ingin) memohon pertolongan, maka mohon pertolonganlah (hanya) kepada Allah,
dan ketahuilah, bahwa seluruh makhluk (di dunia ini), seandainya pun mereka
bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) bagimu, maka mereka tidak mampu
melakukannya, kecuali dengan suatu (kebaikan) yang telah Allah tuliskan (takdirkan)
bagimu, dan seandainya pun mereka bersatu untuk mencelakakanmu, maka mereka
tidak mampu melakukannya, kecuali dengan suatu (keburukan) yang telah Allah
tuliskan (takdirkan) akan menimpamu, pena (penulisan takdir) telah diangkat dan
lembaran-lembarannya telah kering.” HR At Tirmidzi (7/228-229 -Tuhfatul
Ahwadzi), hadits no. 2516), disahihkan oleh Syaikh Al Albani), dan dia
berkata: (hadits ini adalah) hadits hasan sahih.